Jumat, 02 Desember 2011

Dulangan Sega Punar (Dahar Kembul)

Dulangan Sega Punar (Dahar Kembul) 
Pasangan pengantin makan bersama dan saling menyuapi. Perias memimpin upacara ini dengan memberikan piring berisikan nasi kuning dan lauk pauk, kemudian pasangan pengantin ini mengambil sesendok kecil nasi dengan lauk pauknya dan pertama kali pengantin wanita menyuapi pengantin pria dan selanjutnya pengantin pria menyuapi pengantin wanita. Acara dulangan ini diakhiri minum teh manis. Ini melambangkan bahwa kedua mempelai menikmati kebersamaan mereka. Kehidupan keluarga juga diharapkan selalu berakhir “manis” meskipun kegetiran dan perjuangan merupakan hal yag nyata dalam perkawinan. (Hasil wawancara dengan Modin Ibn Batutah dan Perias Ibu Lia ).
Prosesi ritual adat tersebut merupakan “versi lengkap” dari sebuah adat pernikahan Islam-Jawa. Dalam banyak kasus, ritual tersebut berlangsung tidak lengkap dan disederhanakan dengan berbagai alasan dan pertimbangan. Dalam perkawinan Panggih Temanten antara Listia Puspitorini, ST dan Beny Sukanto, SS ., ritual adat hanya berupa salaman, wijik suku, ubengan, gendongan, dan Tukar kembang mayang. Acara kemudian dilanjutkan dengan mapag besan, sungkeman, dan dahar kembul. Prosesi balangan dan kacar kucur ditiadakan. Sedangkan injak telur (wiji dadi) disederhanakan menjadi wijik suku atau membasuh kaki suami saja. Menurut Ibu Lia, perias pengantin, prosesi ritual adat dalam banyak perkawinan lain sangat sederhana dan hanya berupa salaman, minum parem, gendongan, sungkeman, dan dulangan atau dahar kembul. Sedangkan balangan, injak telur atau wiji dadi, kacar kucur, dan mapag besan sering ditinggalkan. Alasan yang sering digunakan adalah menghemat waktu. (Observasi dan wawancara dengan perias Ibu Lia)
Sementara itu juga muncul usaha-usaha “islamisasi” ritual adat tersebut. Injak telur (wiji dadi) misalnya, ketika pengantin pria menginjak telur di geneman (bungkusan) kembang setaman, telur langsung pecah dan biasanya menyebabkan bau yang amis. Menyadari hal tersebut, ada kiat untuk membungkus telur di plastik, sehingga mengurangi bau amis dan menghindari praktek mubadzir, karena telur yang pecah masih bisa dimanfaatkan sesudah itu dengan digoreng atau dimasak.

0 komentar:

Posting Komentar

 
Design by Wordpress Theme | Bloggerized by Free Blogger Templates | coupon codes